A. Sifat-Sifat Lemak
- Kelarutan
Lemak tidak larut dalam air. Namun begitu, karena
adanya suatu substansi tertentu, yang dikenal sebagai agensia pengemulsi,
dimungkinkan terbentuknya campuran yang stabil antara lemak dan air. Campuran
ini dinamakan emulsi. Emulsi ini dapat berupa emulsi lemak dalam air, misalnya
susu, atau air dalam lemak, misalnya mentega. Lemak larut dalam pelarut organik
seperti minyak tanah, eter dan karbon tetraklorida. Pelarut-pelarut tipe ini
dapat digunakan untuk menghilangkan kotoran oleh gemuk pada pakaian..
- Pengaruh panas
Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan-perubahan
nyata pada tiga titik suhu.
a.
Titik
Cair
Lemak mencair jika
dipanaskan. Karena lemak adalah campuran dari trigliserida mereka tidak
mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu rentang suhu.
Suhu pada saat lemak terlihat mulai mencair disebur titik lincir. Kebanyakan
lemak mencair pada suhu antara 30°C dan 40°C. titik cair untuk lemak adalah
dibawah suhu udara biasa.
b.
Titik
asap
Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu,
dia akan mulai mengalami
dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan asap dengan bau
karakteristik yang menusuk. Kebanyakan lemak dan minyak
mulai berasap pada suhu
diatas 200°C. Umumnya minyak nabati mempunyai titik asap lebih tinggi daripada
lemak hewani. Titik asap bermanfaat dalam menentukan lemak atau minyak yang
sesuai untuk keperluan menggoreng. Pemanasan ulang lemak atau minyak atau
terdapatnya bagian makanan yang hangus akan menurunkan titik asap. Pemanasan
ulang juga akan mengakibatkan perubahan oksidatif dan hidrolitik pada lemak dan
mengakibatkan akumulasai yang akan memberikan flavor yang tidak disukai pada
makanan.
c.
Titik
nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala.
Suhu ini dikenal dengan titik nyala.
- Plastisitas
Substansi yang memiliki sifat plastis akan berubah
bentuknya jika ditekan, dan tetap pada bentuknya yang terakhirnya meskipun
sudah tidak ditekan lagi. Mereka tidak kembali ke bentuk asalnya. Lemak
bersifat plastis pada suhu tertentu,, lunak dan dapat dioleskan. Plastisitas lemak
disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing-masing
mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti bahwa pada suatu suhu,
sebagian dari lemak akan mencair dan sebagian lagi dalam bentuk Kristal-kristal
padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses pendinginan
cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis. Rentangan
suhu dimana lemak menunjukkan watak plastis dikenal sebagai rentangan suhu
plastis lemak tersebut. Suatu campuran trigliserida dengan rentangan titik cair yang lebar akan
membentuk lipida dengan rentangan sifat plastis yang lebar pula. Tipe lemak ini
lebih baik jika digunakan untuk krim dan untuk mengoles (roti). Margarine
dengan mudah dioleskan meskipun baru saja diambil dari almari pendingin, akan
lebih nyaman dibandingkan dengan mentega, yang rentangan suhu plastisnya sempit
dan sama sekali pada suhu almari pendingin.
- Ketengikan
Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan rusaknya lemak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi yang berperan pada
proses ketengikan, yaitu :
a.
Oksidasi
Ini terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan
oksigen dari udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul
trigliserida dan dapat terbentuk berbagai senyawa yang menimbulkan rasa tengik
yang tidak sedap. Reaksi ini dipercepat oleh panas, cahaya dan logam-logam
dalam konsentrasi amat kecil, khususnya tembaga.
B. Kebutuhan Lemak
Penelitian
menunjukkan, untuk menghindari penyakit kronis seyogyanya konsumsi asam lemak
Omega-6 dikurangi dan konsumsi asam lemak Omega-3 ditingkatkan. Rekomendasi
yang diberikan kelompok ahli FAO/WHO sehubungan dengan konsumsi asam lemak
jenuh, asam lemak tidak jenuh dan kolesterol adalah:
1. Konsumsi asam lemak jenuh hendaknya
tidak melebihi 10%
dari total energi
2.
Dianjurkan
konsumsi lemak linoleat menyumbang antara 4–10% dari total energi. Konsumsi yang
lebih tinggi dari kisaran tersebut dianjurkan jika konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol tinggi
C. Peranan Lemak
Peranan lemak sebagai zat gizi dalam susunan bahan makanan meliputi:
1. Sumber Energi
Lemak dipecah
(diuraikan) dalam tubuh oleh proses oksidasi, dan energi dibebaskan.
1 gram lemak menyediakan 38 kJ (9 kcal)
Lemak mempunyai nilai
kalori lebih dari dua kalinya karbohidrat sehingga merupakan sumber energi yang
lebih tinggi. Untuk orang yang kebutuhan energinya tinggi, sebaiknya memasukkan
sejumlah lemak dalam susunan makanannya, sehingga dapat mengurangi volume
makanan yang harus dimakan.
2. Pembentukkan Jaringan Adipose
Kelebihan lemak, yang
tidak segera diperlukan untuk energi, disimpan dalam jaringan adipose (jaringan
lemak tubuh) di mana dia mempunyai tiga fungsi :
a) Lemak
disimpan dengan sara ini untuk penyusun cadangan energi.
b) Lemak
dalam jaringan adipose di bawah kulit membentuk lapisan isolator panas dan
membantu mencegah kehilangan panas yang berlebihan dari dalam tubuh. Ini akan
membantu menjaga agar suhu tubuh tetap.
c) Lemak
disimpan dalam jaringan adipose sekitar organ yang peka seperti ginjal untuk
melindungi organ ini dari kerusakan fisik.
3. Asam-asam
Lemak
Esensial
Beberapa asam lemak
mutlak diperlukan oleh tubuh manusia agar berfungsi normal. Senyawa ini harus
tersedia pada lemak dalam susunan makanan, karena senyawa-senyawa itu tidak
dapat disintesis dalam tubuh. Asam-asam lemak esensial tersebut meliputi asam
linoleat, linolenat, dan arakidonat, yang pernah disebut sebagai vitamin F.
Waktu itu, dengan percobaan pemberian makanan bahan tersebut sudah dikenal
peranannya dalam diet, tetapi keadaan alami yang pasti dari substansi ini
belumlah diketahui. Kemungkinan hanya asam linoleatlah satu-satunya asamlemak esensial
yang sesungguhnya, karena penelitian memberikan petunjuk bahwa asam-asam
linolenat dan arakidonat dapat dibentuk dalam tubuh dari asam linoleat.
4. Pelarut Vitamin
Lemak-lemak
tertentu dalam susunan makanan membantu memberi jaminan akan tercukupinya
suapan vitamin A, D, dan E, yang larut dalam lemak. Tetapi di negara-negara
dengan suapan lemak rendah, vitamin-vitamin ini dapat diperoleh dengan cara
lain.
D. Analisis
Lemak
Validitas hasil analisis tergantung
sampling yang baik dan persiapan sampel sebelum dilakukan
analisis. Idealnya komposisi sampel yang dianalisis harus mendekati sama dengan kondisi makanan saat sampel
diambil. Preparasi sampel pada analisis lemak tergantung pada jenis makanan yang dianalisis
(contoh daging, susu, kue dan krim), sifat komponen lemak (seperti volatilitas, peluang
oksidasi, kondisi fisik) dan jenis prosedur analisis yang digunakan (seperti ekstraksi
solven, ekstraksi non-solven, instrumentasi). Untuk menentukan prosedur preparasi sampel, perlu
diketahui struktur fisik dan lokasi lemak penting dalam makanan. Umumnya preparasi sampel
harus dilakukan
dalam lingkungan yang meminimalkan
perubahan
spesifik terhadap lemak. Jika oksidasi menjadi masalah, penting untuk melakukan preparasi sampel dalam atmosfer
nitrogen, temperatur rendah, minim cahaya atau dengan penambahan antioksidan. Bila
kandungan lemak padat atau struktur kristal penting, perlu dilakukan kontrol suhu dan
penanganan sampel secara khusus
a.
Ekstraksi Solven
Fakta
bahwa lemak tidak larut dalam air, membuat pemisahan lemak dari komponen makanan lain yang larut
air seperti protein, karbohidrat dan mineral, menjadi mudah. Teknik ekstraksi solven
merupakan metode yang paling sering digunakan untuk isolasi lemak dan menentu;kan kandungan lemak dalam makanan yang biasanya meliputi beberapa tahap, yaitu
- Pengeringan sampe
- Pengecilan ukuran partikel
- Hidrolisis asam
- Pemilihan solven. Solven ideal untuk ekstraksi lemak harus mampu secara sempurna mengesktraksi semua komponen lemak dari makanan, dan meninggalkan komponen selain lemak. Efisiensi solven tergantung polaritas lemak yang ada. Lemak polar (seperti glikolipid atau fosfolipid) lebih mudah larut dalam solven yang lebih polar (alkohol) dari pada dalam solven non-polar (seperti heksan). Sebaliknya lemak nonpolar (seperti triasilgliserol) lebih mudah larut dalam solven non-polar dibanding dalam solven polar. Fakta bahwa lemak yang berbeda mempunyai polaritas yang berbeda menyebabkan tidak mungkin menggunakan pelarut organik tunggal untuk mengesktraksi semuanya. Sehingga penentuan kandungan lemak total menggunakan ekstraksi solven tergantung pada pelarut organik yang digunakan untuk ekstraksi. Selain pertimbangan di atas, solven juga harus murah, mempunyai titik didih rendah (sehingga mudah dipisahkan dengan evaporasi), non-toksik dan tidak mudah terbakar. Pelarut yang biasa digunakan untuk penentuan kadar lemak total dalam makanan adalah etil eter, petroleum eter, pentan dan heksana.
b.
Metode Ekstraksi Cair Nonsolven
Sejumlah
ekstraksi cair tidak menggunakan pelarut organik untuk memisahkan lemak dari bahan lain dalam makanan, contohnya
dengan metode Babcock, Gerber dan Deterjen, yang sering
digunakan untuk menentukan kadar lemak dalam susu dan produk olahan (dairy product).
- Metode Babcock
Sejumlah sampel
susu dipipet secara akurat ke dalam botol Babcock. Asam sulfat dicampur dengan susu, yang akan mendigesti
protein, menghasilkan panas dan merusak lapisan yang mengelilingi droplet lemak,
sehingga melepaskan lemak. Sampel kemudian disentrifuse saat masih panas (55-60oC)
yang akan menyebabkan lemak cair naik ke leher botol. Leher botol telah diberi skala yang menunjukkan
persen lemak. Metode ini membutuhkan waktu 45 menit,
dengan presisi hingga 0,1%. Metode ini tidak menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena berada di fase air
atau di antara fase lemak dan air.
- Metode Gerber
Metode
ini mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat dan isoamil alkohol, dengan bentuk botol yang
sedikit berbeda. Metode ini lebih cepat dan sederhana dibanding metode Babcock. Isoamil
alkohol digunakan untuk mencegah pengarangan gula karena
panas dan asam sulfat, yang pada metode Babcock menyebabkan sulitnya pembacaan skala. Sama seperti metode Babcock,
metode ini tidak menentukan posfor.
- Metode Instrumentasi
Ada banyak
metode instrumen tersedia untuk penentuan kadar lemak total dalam makanan. Berdasarkan prinsip fisikokimianya,
metode-metode ini dikategorikan berdasarkan 3 prinsip yaitu :
(i)
penentuan sifat fisik
(ii)
pengukuran kemampuan absorpsi radiasi
gelombang elektromagnetik
(iii)
pengukuran kemampuan memantulkan radiasi
gelombang elektromagnetik.
Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian, serta kelompok sampel makanan yang memungkinkan
untuk diuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar