Persamaan
termokimia berbeda dengan persamaan stoikiometri, pada persamaan termokimia
koefisien reaksi selain menunjukkan perbandingan jumlah mol, juga menyatakan
jumlah mol yang bereaksi.Persamaan termokimia juga menyertakan nilai perubahan
entalpi.
Kalor
reaksi dapat ditentukan melalui
percobaan dengan menggunakan alat yang disebutKalorimeter.Kalorimeter adalah
suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi dan energi dengan
lingkungan di luar kalorimeter).Dengan demikian semua kalor yang dibebaskan
oleh reaksi yang terjadi di dalam kalorimeter tidak ada yang terbuang
keluar.
Pada penentuan
kalor reaksi secara eksperimen, ada reaksi yang sulit ditentukan kalor
reaksinya. Hal itu dapat kita lihat pada reaksi yang mempunyai tahapan-tahapan.
Misalnya, pada reaksi pembentukan gas CO2 dari pembakaran karbon (C)
dengan gas O2.
·
Satu
tahap
C(s) + ½O2(g) →
CO2 (g)
·
Dua
tahap
a.
C(s) + ½O2(g) → CO(g)
b.
CO(g) + ½O2(g) → CO2
(g)
|
C(s)
+ O2(g) → CO2 (g)
Pada
tahun 1940, berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukannya, Henry Hess
menemukan bahwa kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir. Artinya, jika keadaan awal dan
keadaan akhir sama, maka kalor reaksi adalah sama, meski berlangsung menurut
lintasan yang berbeda.
Pada
reaksi pembentukan gas CO2 dari pembakaran karbon (C) dengan gas O2
di atas, maka kalor reaksi satu tahap adalah sama dengan kalor reaksi dua tahap
karena keduanya mempunyai keadaan awal dan akhir yang sama.
Perubahan
entalpi pada kedua macam reaksi di atas adalah sebagai berikut :
·
Satu
tahap
C(s) + ½O2(g) →
CO2 (g)
∆H = - 394 kJ
·
Dua
tahap
a.
C(s) + ½O2(g) → CO(g) ∆H
= - 111 kJ
b.
CO(g) + ½O2(g) → CO2
(g) ∆H
= - 283 kJ
|
C(s)
+ O2(g) → CO2 (g) ∆H = - 394 kJ
Hess
menyimpulkan penemuannya dalam suatu hukum yang dikenal sebagai Hukum Hess : “Kalor reaksi hanya bergantung pada keadaan
awal dan keadaan akhir, idak pada lintasannya”. Dengan kata lain, kalor reaksi total sama dengan jumlah
kalor tahap-tahap reaksinya. Hukum Hess
disebut juga hukum penjumlahan kalor.
Perhitungan ∆ H reaksi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan
data dasar kalor reaksi pembentukan standar (∆ H°f). Kalor pembentukan standar
merupakan kalor pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya. Perhatikan persamaan reaksi
kesetimbangan umum berikut.
aA + bB → cC + dD
∆ Hreaksi = (c
× C + d × D) – (a × A + b × B)
=∑ ∆ H °f produk
– ∑ ∆ H°f reaktan
Jadi, secara
umum ∆ H reaksi dapat ditentukan dengan rumus
Hreaksi
= =∑ ∆ H °f produk – ∑ ∆ H°f reaktan
∑ ∆ H °f produk merupakan jumlah entalpi pembentukan standar dari zat-zat
produk.
∑ ∆ H°f reaktan : merupakan jumlah entalpi pembentukan standar dari zat-zat
reaktan.
Entalpi dan
kalor reaksi selain dapat ditentukan dengan kalorimeter atau dengan cara hukum Hess , dapat pula
ditentukan dengan menghitung energi ikatan yang digunakan untuk melepas atau
membentuk suatu ikatan. Energi ikatan atau energi dissosiasi merupakan energi
yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan molekul gas menjadi atom-atomnya dalam
fase gas.
Perubahan
entalpi reaksi dapat dihitung dengan menggunakan data energi ikatan.
Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan oleh satu
molekul gas menjadi atom-atom dalam keadaan gas. Harga energi ikatan selalu positif, dengan satuan
kJ atau kkal, serta diukur pada kondisi zat-zat berwujud gas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar